Habaya Kebaya

29Aug10

Kebaya ada lambang identitas bangsa Indonesia, walaupun terjadi evolusi bahan dan model namun bentuk yang dihasilkan masih sangat kental dengan ciri klasik kebaya Indonesia. Kebaya boleh saja dianggap sebagai busana spesial yang sarat makna. Perjalanan panjang dari hanya sebagai identitas etnis menjadi busana resmi di berbagai acara. Kebaya Indonesia telah mendapatkan tempatnya, mendapatkan pengakuan dari dunia busana dunia sebagai busana kelas dunia dan menjadi milik dunia.

Kebaya awalnya dikenal sebagai busana yang kerap dikenakan oleh wanita Melayu. Namun, asal-usulnya hingga kini masih belum jelas. Ada terori yang menyatakan bahwa kebaya berasal dari bahasa Arab habaya yang berarti pakaiaan labuh dengan belahan di bagian depan. Adapun teori yang berasumsi bahwa kebaya dibawa oleh bangsa Portugis ke Malaka.

Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya yang terbit pada tahun 1996 mengatakan bahwa kata kebaya berasal dari bahasa Arab habaya yang diperkenalkan ketika bangsa Portugis mendarat di Asia Tenggara. Kebaya diartikan sebagai pakaiaan atasan (blouse) pertama yang diapakai wanita Indonesia apda kurun waktu abad ke-15 atau ke-16 Masehi. Argumen Lombard tersebut masih dapat diterima bila ditelusuri berdasarkan analogi penelusuran linguistik. Bahkan, hingga saat ini pun kita masih mengenal istilah abaya (tunik khas Arab).

Ada juga teori lain mengenai kebaya. Sebagian orang percaya bahwa kebaya berkaitan dengan pakaian tunik perempuan pada masa Kekaisaran Ming di Cina. Pengaruh ini ditularkan akibat terjadinya imigrasi besar-besaran bangsa Cina ke semenanjung Asia Selatan dan Tenggara pada abad ke-13 hingga 16 Masehi.

Kebaya melayu seringkali disebut dengan sebutan kebaya nyonya. Adapun kebaya yang dikenakan oleh wanita Cina peranakan (Baba) dikenal dengan sebutan kebaya encim. Potongan dan gaya pemakaian kebaya encim sedikit berbeda dengan kebaya nyonya.

Kurun abad ke-19 hingga masa pergerakan di awal abad ke-20 adalah periode gemilang bagi perkembangan kebaya di Tanah Air. Pada masa tersebut, kebaya dikenakan tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, melainkan juga oleh kaum pendatang Eropa dan Cina meskipun dengan penyesuaian di sana-sini.

Kebaya mengalami pasang surut pada tahun 1920-an hingga akhir masa orde baru. Walaupun demikian, revolusi besar kemerdekaan Indonesia antara tahun 1945 dan 1960-an dianggap sebagai masa-masa keemasan kebaya. Hampir semua wanita, baik di kantor, rumah, dan dimana saja selalu tampil berkebaya. Sejak saat itu, digalilah kreasi-kreasi baru yang segar dari banyak sumber untuk mempercantik kebaya. Tren brokat (lace), bordir, teknik aplikasi, drapery, dan pencampuran bahan merupakan cikal bakal revolusi kebaya di tahun 2000-an yang terus berkembang hingga saat ini.

Acara pernikahan, pertemuan formal kenegaraan, hingga acara-acara eksklusif yang mengusung citra Indonesia-walaupun tidak resmi-mewajibkan kebaya sebagai kode busananya. Perubahan besar dalam pemakaiaan kebaya juga diikuti dengan pemanfaatan bahan bakunya. Seiring dengan perkembangan zaman, kebaya pun mengalami perubahan dari sisi bahan dasar. Kebaya tidak hanya sekedar terbuat dari organdi dan katun, melainkan sudah mulai merambah ke jalur sutera, sifon, shantung, lace, bahkan serat-serat yang tidak terbayangkan sebelumnya pun bisa dijadikan pakaiaan, misalnya serat jute, nanas, dan pisang. Teknik bordir, renda, pilin, lipit, layer, dan quilt ikut mengusung kemegahan sebuah kebaya. Demikian juga penambahan material-material mewah seperti payet, kristal, batu-batu mulia, dan bulu binatang. Kebaya Indonesia muncul lewat siluet feminim yang mampu membalut tubuh wanita dengan sempurna. Tampilan yang anggun tanpa terkesan “menyakiti mata”.

Kebaya merupakan salah satu jenis busana wanita Indonesia yang dianggap paling ideal dengan konsep feminitas dalam citra keanggunannya. Metamorfosa ide dan kreativitas telah menyulap sebuah kebaya menjadi busana dengan tampilan yang eksotis dan menarik. Menonjolkan nuansa etnis dalam keanggunannya menyebabkan pesona wanita yang mengenakannya menjadi elegan dan sangat feminis, menyempurnakan setiap momen kenikmatan dan kebahagiaan para penggunanya.

Perubahan dan modernisasi bahan dan model telah melahirkan kebaya-kebaya eksotis. Kebaya tidak lagi sekedar hanya sebuah kain yang menempel di tubuh, tetapi kebaya-kebaya yang memiliki jiwa. Kebaya-kebaya ini membuat sang pemakainya menjadi semakin menonjol, memamerkan sebuah kecantikan yang sempurna, elegant dengan nuansa natural dan klasik, khas INDONESIA.   Habaya Kebaya