Sederhana di Pelaminan

19Jun09
Liani merajuk. Tangannya menarik sang kekasih, Ivan, yang seperti tak peduli. Niat Liani mampir ke sebuah stan di pameran pernikahan tak kesampaian. Justru Ivan yang menunjuk sebuah stan lain. Sejak akhir tahun silam pasangan ini meramu pikir tentang tema pernikahan mereka. Liani ingin menuruti kemauan orang tua dengan tema adat biasa, sedangkan Ivan berpendapat lain. Ia menawarkan konsep minimalis dengan semangat kembali ke alam.
Ivan ingin melupakan konsep adat yang dianggap ribet plus membutuhkan dana berjibun. “Saya ingin sederhana, tapi anggun,” ujar karyawan swasta sebuah percetakan di Jakarta ini. Mungkin Anda termasuk seide dengan Ivan. Kesan bebas dan dekat dengan alam membuat suasana pernikahan yang kaku bisa lebih cair. Kedekatan pengantin dengan tetamu tak hanya ada di atas pelaminan. Batas-batas yang biasa tersekat dengan rana dari kayu berukir bisa tergantikan dengan pepohonan. Lebih segar, lebih akrab.
Dulu, tema pernikahan memang tak lepas dari prosesi adat beserta ornamen yang serba gemerlap dan terlihat sumpek. Kini, konsep itu sedikit demi sedikit ditanggalkan. Leni dari Moyo Card yang membuka stan di “Wedding Expo Jakarta Convention Center”, menjelaskan, pasangan pranikah kini lebih banyak memilih konsep minimalis dan kembali ke alam. Proses pernikahan tentu tak hanya pada desain pelaminan. Kini banyak pasangan yang memilih satu tema mulai kartu undangan, dekorasi, hingga hidangan.
Lupakanlah kartu undangan berwarna-warni. Tulisan yang hurufnya kecil dan njelimet. Kini kartu undangan ditawarkan lebih sederhana. Warnanya pun tak lagi ngejreng dan terkesan mewah. Hurufnya dipilih jenis arial yang lebih jelas dan tegas. Warna yang ditunjuk biasanya hitam-putih. Dulu para orang tua sering tak setuju dengan pemilihan warna ini. Kesannya warna hitam-putih bernada sendu dan duka. Padahal perkawinan adalah sesuatu yang meriah dan bahagia. Kini, kata Leni, justru warna hitam-putih bisa pas dengan tema minimalis yang digelar dalam resepsi.
Sebelum berpikir lebih jauh tentang pembuatan undangan dan pesta pernikahan, ada baiknya berpikir membuat foto pranikah. Kini memang bermunculan banyak studio foto khusus pasangan pranikah. Foto inilah yang akan dipajang di sisi kiri dan kanan pelaminan. Untuk masalah foto pranikah, kini pasangan banyak yang memilih tema candid camera. Menurut Ryan dari Arif L Ginting Fotografi, dengan tema kamera tersembunyi yang dekat dengan alam, pasangan terlihat lebih bebas berekspresi. Ekspresi yang keluar bukan disengaja atau diatur. “Pasangan bebas berekspresi dan itulah yang akan ditangkap dari hasil fotonya,” ujar Ryan.
Setelah memikirkan tetek-bengek keperluan sebelum pesta, kini fokuskan pikiran tentang dekorasi pelaminan. Leni mengatakan, kini pasangan calon pengantin bahkan tak lagi memilih karpet sebagai alas di pelaminan mereka. Pilihan kini malah pada anyaman bambu (gedek) dan alas pandan. Pelaminan menjadi tampak lebih natural. Bukan hanya itu, banyak pasangan yang menginginkan latar belakangnya air terjun. James dari wedding organizer Callista mengatakan, konsep kembali ke alam memang tengah tren dalam pesta-pesta pernikahan masyarakat Jakarta sekarang.
Pelaminan biasanya didekor dengan berbagai tumbuhan serta bunga asli dan bukan artifisial. Di kiri-kanan diberi tumbuhan tifa atau stock. Dengan tambahan aster, gerbera, dan krisan pelaminan makin dekat dengan konsep kembali ke alam bersama kursi dari besi tempa seperti di taman-taman. Di bawah pelaminan pengantin, biasanya juga dibuat taman sederhana. “Bahkan ada yang meminta dibikinkan konsep seperti alam bawah laut,” ujar James.
James yang biasa mendesain pelaminan mengingatkan bahwa konsep kembali ke alam bisa menggerogoti kocek cukup dalam. Tapi dengan bujet cekak, konsep ini juga masih sangat mungkin diwujudkan. Leni pun mengingatkan bahwa konsep kembali ke alam membutuhkan bujet yang cukup tinggi. Apalagi jika pilihannya bunga-bunga impor. Leni memperkirakan dana yang dibutuhkan untuk mengurus dari awal hingga akhir pernikahan dengan konsep minimalis plus suguhan untuk para tamu dibutuhkan setidaknya Rp 35-40 juta untuk ukuran 300 undangan.
Oh ya, Leni menambahkan, pengantin tentu tak ingin membiarkan tetamu pulang dengan tangan hampa. Suvenir yang diberikan berupa gantungan kunci dan boneka kini tak lagi begitu diminati. Cendera mata ramah lingkungan, yang tentu saja senada dengan konsep kembali ke alam, menjadi pilihan para calon pengantin.
Leni menawarkan tanda mata berupa bingkai foto berbentuk bujur sangkar. Berbahan serbuk gergaji yang dipadatkan, bingkai foto ini tampak amat natural. Soal harga, Leni memberi gambaran: untuk sebuah bingkai berbentuk bujur sangkar satu buahnya seharga Rp 15 ribu. “Dunia pernak-pernik pernikahan memang seperti tak mengenal krisis moneter. Harga segitu pun tetap banyak peminatnya,” ujar Leni.
Kalau Anda telah memutuskan sebuah tema, jangan lupa kini banyak penyelenggara pernikahan (wedding organizer) yang bakal mengurus A-Z urusan pernikahan. Seperti kata Vitria Azhari dari Callista, “Pengantin cukup datang dan pulang tanpa beban.” juli hantoro
Sederhana di Pelaminan

Sederhana di Pelaminan

Liani merajuk. Tangannya menarik sang kekasih, Ivan, yang seperti tak peduli. Niat Liani mampir ke sebuah stan di pameran pernikahan tak kesampaian. Justru Ivan yang menunjuk sebuah stan lain. Sejak akhir tahun silam pasangan ini meramu pikir tentang tema pernikahan mereka. Liani ingin menuruti kemauan orang tua dengan tema adat biasa, sedangkan Ivan berpendapat lain. Ia menawarkan konsep minimalis dengan semangat kembali ke alam.

Ivan ingin melupakan konsep adat yang dianggap ribet plus membutuhkan dana berjibun. “Saya ingin sederhana, tapi anggun,” ujar karyawan swasta sebuah percetakan di Jakarta ini. Mungkin Anda termasuk seide dengan Ivan. Kesan bebas dan dekat dengan alam membuat suasana pernikahan yang kaku bisa lebih cair. Kedekatan pengantin dengan tetamu tak hanya ada di atas pelaminan. Batas-batas yang biasa tersekat dengan rana dari kayu berukir bisa tergantikan dengan pepohonan. Lebih segar, lebih akrab.

Dulu, tema pernikahan memang tak lepas dari prosesi adat beserta ornamen yang serba gemerlap dan terlihat sumpek. Kini, konsep itu sedikit demi sedikit ditanggalkan. Leni dari Moyo Card yang membuka stan di “Wedding Expo Jakarta Convention Center”, menjelaskan, pasangan pranikah kini lebih banyak memilih konsep minimalis dan kembali ke alam. Proses pernikahan tentu tak hanya pada desain pelaminan. Kini banyak pasangan yang memilih satu tema mulai kartu undangan, dekorasi, hingga hidangan.

Lupakanlah kartu undangan berwarna-warni. Tulisan yang hurufnya kecil dan njelimet. Kini kartu undangan ditawarkan lebih sederhana. Warnanya pun tak lagi ngejreng dan terkesan mewah. Hurufnya dipilih jenis arial yang lebih jelas dan tegas. Warna yang ditunjuk biasanya hitam-putih. Dulu para orang tua sering tak setuju dengan pemilihan warna ini. Kesannya warna hitam-putih bernada sendu dan duka. Padahal perkawinan adalah sesuatu yang meriah dan bahagia. Kini, kata Leni, justru warna hitam-putih bisa pas dengan tema minimalis yang digelar dalam resepsi.

Sebelum berpikir lebih jauh tentang pembuatan undangan dan pesta pernikahan, ada baiknya berpikir membuat foto pranikah. Kini memang bermunculan banyak studio foto khusus pasangan pranikah. Foto inilah yang akan dipajang di sisi kiri dan kanan pelaminan. Untuk masalah foto pranikah, kini pasangan banyak yang memilih tema candid camera. Menurut Ryan dari Arif L Ginting Fotografi, dengan tema kamera tersembunyi yang dekat dengan alam, pasangan terlihat lebih bebas berekspresi. Ekspresi yang keluar bukan disengaja atau diatur. “Pasangan bebas berekspresi dan itulah yang akan ditangkap dari hasil fotonya,” ujar Ryan.

Setelah memikirkan tetek-bengek keperluan sebelum pesta, kini fokuskan pikiran tentang dekorasi pelaminan. Leni mengatakan, kini pasangan calon pengantin bahkan tak lagi memilih karpet sebagai alas di pelaminan mereka. Pilihan kini malah pada anyaman bambu (gedek) dan alas pandan. Pelaminan menjadi tampak lebih natural. Bukan hanya itu, banyak pasangan yang menginginkan latar belakangnya air terjun. James dari wedding organizer Callista mengatakan, konsep kembali ke alam memang tengah tren dalam pesta-pesta pernikahan masyarakat Jakarta sekarang.

Pelaminan biasanya didekor dengan berbagai tumbuhan serta bunga asli dan bukan artifisial. Di kiri-kanan diberi tumbuhan tifa atau stock. Dengan tambahan aster, gerbera, dan krisan pelaminan makin dekat dengan konsep kembali ke alam bersama kursi dari besi tempa seperti di taman-taman. Di bawah pelaminan pengantin, biasanya juga dibuat taman sederhana. “Bahkan ada yang meminta dibikinkan konsep seperti alam bawah laut,” ujar James.

James yang biasa mendesain pelaminan mengingatkan bahwa konsep kembali ke alam bisa menggerogoti kocek cukup dalam. Tapi dengan bujet cekak, konsep ini juga masih sangat mungkin diwujudkan. Leni pun mengingatkan bahwa konsep kembali ke alam membutuhkan bujet yang cukup tinggi. Apalagi jika pilihannya bunga-bunga impor. Leni memperkirakan dana yang dibutuhkan untuk mengurus dari awal hingga akhir pernikahan dengan konsep minimalis plus suguhan untuk para tamu dibutuhkan setidaknya Rp 35-40 juta untuk ukuran 300 undangan.

Oh ya, Leni menambahkan, pengantin tentu tak ingin membiarkan tetamu pulang dengan tangan hampa. Suvenir yang diberikan berupa gantungan kunci dan boneka kini tak lagi begitu diminati. Cendera mata ramah lingkungan, yang tentu saja senada dengan konsep kembali ke alam, menjadi pilihan para calon pengantin.

Leni menawarkan tanda mata berupa bingkai foto berbentuk bujur sangkar. Berbahan serbuk gergaji yang dipadatkan, bingkai foto ini tampak amat natural. Soal harga, Leni memberi gambaran: untuk sebuah bingkai berbentuk bujur sangkar satu buahnya seharga Rp 15 ribu. “Dunia pernak-pernik pernikahan memang seperti tak mengenal krisis moneter. Harga segitu pun tetap banyak peminatnya,” ujar Leni.

Kalau Anda telah memutuskan sebuah tema, jangan lupa kini banyak penyelenggara pernikahan (wedding organizer) yang bakal mengurus A-Z urusan pernikahan. Seperti kata Vitria Azhari dari Callista, “Pengantin cukup datang dan pulang tanpa beban.”

Sumber : julihantoro