Pernikahan Sempurna

02Jun09

Baiklah, pesta ini memang meriah, bahkan terlalu mewah untuk sebuah pesta pernikahan. Garden party yang indah, disebuah malam minggu yang cerah. Lampion-lampion seperti gemintang yang dicuri dari langit dan digantung di antara ranting pohon yang gundul. Bunga-bunga tiba-tiba -bisa- tumbuh dari sela-sela tumbuhan rambat yang -sebenarnya tidak mungkin- berbunga. Lilin-lilin kecil menggigil kedinginan ditiup angin malam bersuhu sekitar 10° Celcius, dan kami tetap mengira ia sebenarnya sedang menari gembira. Kain-kain putih berlipit-lipit terurai seperti selendang bidadari yang tersangkut, berkibar lembut seperti juntai panjang rambut perawan yang sebentar lagi akan menjadi seorang istri. Hiperbolis memang, namun orang bilang cinta membuat segalanya mungkin (Hahaha…jadi pengen muntah!).

 

Pernikahan Sempurna

Pernikahan Sempurna

Baiklah, sang pengatin dua-duanya memang terlihat bahagia. Para tamu pun puas dengan jamuan makan yang nikmat dan berlimpah. Pemusik lihai mengaduk-aduk emosi semua orang melalui permainan musik yang indah, jazz, balad, pop, oldies, you name it. Apa lagi yang kurang ya? Hmm…kalau undangan boleh membawa pulang makanan yang ada di sini, mungkin pesta akan terasa semakin sempurna (kok yang ini kayanya norak banget ya..).

Baiklah, di sini memang banyak manusia-manusia harum dan necis. Pria singel yang tampan berkumpul entah dari mana-mana –what a view, feels like I’m in heaven-. Emang ya, cowok itu kalo pake jas rapi, tinggi, proporsianal, harum, berkacamata, dan menenteng kamera, akan terlihat ganteng tiada tanding –hohoho… nothing compare to you babe-.

Baiklah, pesta ini benar-benar membuatku senang. Semuanya terlihat sempurna, indah dan memiliki aura cinta yang kuat. Tapi rasanya ini terlalu sempurna, sekarang aku merasa ada yang salah, ini mungkin lebih dari sekedar euphoria karena baru saja mengalami pengalaman visual yang hebat. Ada yang aneh dengan pesta ini (atau mungkin itu diriku?!).

Aku tertegun, menyadari betapa semua orang menganggap peristiwa ini begitu normal. Mereka bilang, “Usia segini memang sudah saatnya menikah dan mulai membentuk keluarga.” Sebagian besar manusia telah mengalaminya, dan bagi mereka ini sama seperti ketika mereka masuk sekolah, atau makan ketika lapar, atau pergi ke dokter jika sakit. Sesuatu yang harus terjadi karena memang itulah yang seharusnya terjadi. Aku bertanya, apakah mungkin ini juga akan terjadi padaku hanya karena semua orang juga mengalaminya? Apakah aku juga akan berdiri di sana, di samping orang yang kukasihi? Tapi aku tidak bisa membayangkannya. Aku memang bisa melihat diriku memakai kebaya itu, berdiri di panggung itu, dan semua orang datang kepestaku. Namun aku tidak pernah bisa membayangkan bahwa ada pria di sampingku, berdiri sebagai suamiyang kunikahi dengan cinta. Aku tidak pernah berhasil membayangkan bagian yang satu ini, terlalu aneh (kok jadi geuleuh)!

Baiklah, aku mengakui, saat ini aku memang berteman dengan beberapa pria istimewa, aku juga ingin suatu hari salah satunya tetap tinggal dan menghabiskan hidupnya bersamaku, tapi untuk saat ini aku tidak siap dan tidak terlalu perduli dengan pernikahan. Walau begitu ada sebagian diriku yang mulai menginginkannya. Pertentangan antara keinginan dan logika yang sering membuat aku seperti dijajah oleh sesuatu yang tak bisa kukendalikan. Hey ini gila, kurasa saat ini aku memang tidak begitu suka menikah dan seharusnya tidak ada yang salah dengan itu. Mengapa aku khawatir terhadap sesuatu yang bahkan belum tentu akan terjadi?

Pernikahan sempurna hari ini membuat aku seperti sadar bahwa pernikahan mungkin akan segera menghampiriku beberapa tahun ke depan, mungkin hanya dalam hitungan 10 jari tangan. Sudah siapkah aku? Hm…hm…hmm…hmmmm…hmmmmmm…hmmmmmm…entahlah.

Baiklah, sepertinya ini mulai terasa menyeramkan.